![translation](https://cdn.durumis.com/common/trans.png)
Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.
Alternatif untuk Mengatasi Kelelahan? Tren 'Batu Peliharaan' dan Alasan Sebenarnya
- Bahasa penulisan: Bahasa Korea
- •
-
Negara referensi: Korea Selatan
- •
- Kehidupan
Pilih Bahasa
Teks yang dirangkum oleh AI durumis
- Baru-baru ini, fenomena budaya baru 'Batu Peliharaan' muncul dan orang-orang mendapatkan penghiburan dan rasa aman melalui batu, yang dapat dianggap sebagai refleksi dari stres masyarakat yang terlalu banyak bekerja, serta pemisahan dari alam dan transisi dari antropocentrisme ke transhumanisme.
- Terutama, Profesor Shin Jeong-su dari Institut Studi Korea Pusat menafsirkan budaya Batu Peliharaan sebagai fenomena budaya yang mengeksplorasi hubungan baru antara manusia dan alam, dan menjelaskan bahwa ini adalah hasil dari kombinasi kompleksitas kasih sayang orang Korea terhadap batu yang telah ada sejak lama dan perubahan sosial seperti pemisahan dari alam karena penggunaan komputer.
- Batu Peliharaan bukan hanya sekadar tren, tetapi fenomena budaya baru yang mencerminkan perubahan dalam hubungan antara manusia dan alam, dan memberikan implikasi penting tentang nilai-nilai yang harus kita perjuangkan dan arah masa depan masyarakat kita.
Sumber: http://minishop.gmarket.co.kr/goodlifestore
Saat ini, tren baru sedang meningkat yaitu "batu peliharaan". Batu peliharaan, seperti namanya, adalah batu yang dipelihara sebagai teman, dan orang-orang mendapatkan penghiburan dan stabilitas dari batu tersebut.
Media asing telah meliput secara luas tentang hal ini, dan mengaitkannya dengan kenyataan bahwa Korea adalah masyarakat yang terlalu lelah dan terlalu banyak bekerja.
Profesor Shin Jeong-soo dari Institut Penelitian Korea, yang menulis disertasi dengan topik "Interaksi antara batu dan manusia", memberikan pendapat yang berbeda.
Tulisan Profesor Shin Jeong-su dari Institut Studi Korea Pusat (Sumber: RISS 논문 국내학술)
Korea telah lama dianggap sebagai masyarakat yang terlalu banyak bekerja.
Namun, tren budaya batu peliharaan saat ini tidak dapat dijelaskan hanya sebagai cara hiburan karena terlalu banyak bekerja.
Profesor Shin Jeong-soo melihat budaya batu peliharaan dari sudut pandang transisi dari antroposentrisme ke transhumanisme.
Di masa lalu, cara berpikir yang mendominasi adalah bahwa manusia menguasai dan memanfaatkan alam, tetapi belakangan ini, semakin banyak orang yang menyadari bahwa manusia dan alam memiliki hubungan yang setara. Batu peliharaan dapat dianggap sebagai simbol budaya yang menyampaikan pesan bahwa manusia adalah bagian dari alam dan harus berkomunikasi dan menghormati alam.
Tentu saja, ada kemungkinan bahwa stres dan kecemasan dari masyarakat yang terlalu banyak bekerja telah memengaruhi tren budaya batu peliharaan.
Namun, dia mengatakan bahwa batu peliharaan harus dipahami bukan hanya sebagai alat untuk menghilangkan stres, tetapi sebagai fenomena budaya yang mengeksplorasi hubungan baru antara manusia dan alam.
Interaksi dengan Batu: Masa Lalu dan Sekarang
Interaksi antara manusia dan batu bukanlah hal yang baru.
Budaya ini telah ada sejak zaman Dinasti Goryeo, dan berkembang lebih lanjut selama Dinasti Joseon, berkembang menjadi budaya batu hias dan budaya batu aneh pada abad ke-19.
Batu koleksi (Sumber: 나무위키)
Alasan Di Balik Tren Batu Peliharaan
Keterpisahan dari alam karena penggunaan komputer: Orang-orang modern yang menghabiskan waktu lama di depan komputer dapat merasakan rasa keterpisahan dari alam.
Batu peliharaan dapat memberi penghiburan bagi mereka yang ingin merasakan koneksi dengan alam.
Harga murah dan mudah dirawat: Tidak seperti hewan peliharaan, batu peliharaan murah dan mudah dirawat.
Ini bisa menjadi pilihan yang menarik bagi mereka yang mengalami kesulitan ekonomi.
Kestabilan emosional: Hubungan dengan orang lain dapat menyebabkan rasa sakit, tetapi batu peliharaan dapat memberikan penghiburan dan stabilitas emosional tanpa rasa sakit.
Dari 'antroposentrisme' ke 'transhumanisme': Profesor Shin Jeong-soo menafsirkan budaya batu peliharaan sebagai ekspresi transhumanisme, di mana orang-orang melepaskan diri dari antroposentrisme dan berinteraksi dengan alam dan benda-benda.
Masyarakat yang terlalu banyak bekerja: Korea terkenal dengan masyarakat yang terlalu banyak bekerja. Batu peliharaan telah menjadi budaya alternatif untuk menghilangkan stres dan kelelahan akibat terlalu banyak bekerja.
Menemukan Batu Peliharaan Anda Sendiri
Disarankan untuk menemukan batu peliharaan Anda sendiri di gunung daripada membelinya di toko.
Karena batu peliharaan yang Anda temukan sendiri atau yang Anda terima sebagai hadiah akan memiliki makna yang lebih istimewa.
Hidup dengan Batu Peliharaan
Batu peliharaan bukanlah sekadar benda dekoratif, tetapi dapat membantu Anda terhubung dengan alam, mendapatkan stabilitas emosional, dan merenungkan makna hidup.
Tren batu peliharaan harus dipahami sebagai fenomena budaya baru yang mencerminkan perubahan dalam hubungan antara manusia dan alam, bukan sekadar produk sampingan dari masyarakat yang terlalu banyak bekerja.
Ini memberikan wawasan penting tentang nilai dan arah masa depan yang harus dituju oleh masyarakat kita.